LINGKARNEWS.COM – Dari sisi moneter dunia, terjadi kecenderunan global inflasi yang melandai.
Tetapi inflasi di USA sudah turun dari 9 ke 7,1 %. Tingkat penganggguran terbuka juga relatif menurun sekitar 3,7%.
Atas dasar kecenderungan itu muncul spekulasi sukubunga the fed yang akan melandai. Diperkirakan, The Fed tidak akan menaikkan subu bunga.
Di bawah ini adalah 5 artikel yang disarikan dari Diskusi Publik Awal Tahun 2023 INDEF “Catatan Awal Tahun 2023 dari Ekonom Senior INDEF”, sebagai berikut:
1. Demokrasi Politik di Era Reformasi Berjalan Sayangnya Oligarki Ekonomi Mengendalikan Politik – Prof Dr Didin S Damanhuri
2. Utang Belasan Ribu Triliun Rupiah Diwariskan Kepada Pemimpin Indonesia yang akan Datang – Prof Dr Didik J Rachbini
3. Ekspor Meningkat Lebih Cepat dari Impor, Masalahnya Mengapa Rupiah Tetap Melemah? – Dr Faisal H Basri
4. IMF Ramalkan 2023 Sepertiga Negara di Dunia akan Alami Resesi Ekonomi – Dr. M. Fadhil Hasan
5. Ancaman Krisis Pangan di Dalam Negeri pada 2023 Jauh Lebih Besar, Apalagi Jika Produktivitas Rendah – Dr M. Nawir Messi
Tetapi perkiraan itu sebenarnya keliru. inflasi USA masih 6%, dan sangat jauh dari target tahunan yang 2% rata-rata.
Jadi The Fed tetap akan menaikkan suku bunga acuan. Meski tidak seagresif kenaikan sebelumnya pada 75 basis point. Diperkirakan awal tahun ini pada 25 dan maksimal 50 basis point.
Per Oktober – November 2022 sudah 33 negara yang membatasi ekspor pangan dan hal itu meningkatkan harga pangan dunia.
Jika dengan produktivitas yang rendah maka itu akan menjadikan ancaman krisis pangan pada 2023 yang jauh lebih besar di dalam negeri.
Sebagai konskuensi dari situasi global, ancamam barang-barang impor akan tetap jadi masalah.
Juga karena kita tidak pernah tahu kapan China akan menyelesaikan zero covid-nya yang telah mengganggu rantai pasok dunia.
Tahun politik 2023-3024 di dalam negeri akan mengganggu fluktuasi harga-harga.
Meski tahun ini inlfasi melandai tetapi tetap akan ada tantangan inflasi lebih tinggi dari yang dicanangkan.
Nilai Tukar. Tetap akan mengalami tekanan dari gonjang ganjing politik, juga oleh aktor lainnya.
Target nilai tukar di APBN, agak jauh meleset dari target, yakni 1387. itu cukup besar bagi dunia usaha dan bagi APBN.
Cadangan devisa relative kecil dan terus menurun. Hal itu konsekuensi dari intervensi BI yang sangat intensif dalam beberapa bulan terakhir.
Ekpsor terus meningkat tapi dana hasil ekspor tidak masuk ke Dalam Negeri.
Singapura tiba-tiba jadi investor no 1. itu dicurigai berasal dari dana orang Indonesia yang disimpan di Singapura dan masuk ke Indonesia seolah-olah menjadi FDI.
Hal buruk itu telah berlangsung belasan tahun dan pemerintah tidak mampu berbuat apa-apa.
Sehingga hasil ekspor tidak masuk untuk memperkuat cadangan devisa.
Surat Berharga. Banyaknya capital outflow sepanjang
April – Desember 2022. Meski Indonesia masih relatf kompetitif hanya agak kalah dengan meksiko.
Kepemilikan SBN yang dilempar ke pasar primer dn sekunder. Dengan adanya capital outfow besar-besaran di awal tahun sampai Des 2022.
Berakibat BI harus membeli kembali di pasar sekunder dan itu terus membebani moneter.
Kepemilikan asing di SBN yang semakin kecil dari semula 40 % sekarang hanya 14%.
DPR pada Desember 2022 telah mengesahkan UU Sistem Keuangan baru (P2SK).Terdapat banyak perubahan:
1. BI tidak lagi pada aspek stabilitas – tugas utama BI menjadi terus mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan inklusif.
Hal yang positif meski transisi ke depan harus lebih diwaspadai. Terutama gejolak transisi penggunaan sistem lama ke sistem baru.
2. DPR telah membuka ruang permanen kemungkinan BI membeli obligasi pemerintah di pasar primer, apabila dalam keadaan krisis.
Kepala negara yang mengharuskan BI membeli obligasi negara. Hal itu adalah kelanjutan dari model burdensharing.
Implikasinya, perlunya semakin kuat koordinasi fiskal moneter.
Oleh: Dr M Nawir Messi, Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF).
* Artikel disarikan dari Diskusi Publik Awal Tahun 2023 INDEF “Catatan Awal Tahun 2023 dari Ekonom Senior INDEF” Kamis, 5 Januari 2023.
** Diskusi publik menghadirkan para pembicara: Prof Dr Didin S Damanhuri, Prof Dr Didik J Rachbini, Dr. M.Fadhil Hasan, Dr Faisal H Basri, dan Dr M. Nawir Messi.***